Rabu, 16 November 2011

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Al Qur’an Dengan Strategi Klasikal Baca Simak Murni Di Kelas Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama IV B Surabaya


PROPOSAL PTK

Judul PTK:   Peningkatan Kualitas Pembelajaran Al Qur’an Dengan Strategi  Klasikal Baca Simak Murni Di Kelas Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama IV B Surabaya

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar Al Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, begitu juga mengajarkannya. Balajar membaca Al Qur’an sampai baik dan benar, sesuai dengan kaidah qiraat dan tajwid perlu dilakukan sejak usia dini, baik dilakukan di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), madrasah, maupun pondok pesantren.
Pembelajaran Al Qur’an yang terjadi di Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama IV B Surabaya masih bersifat konvensional, yaitu dengan teknik sorogan atau individual. Santri membaca secara individu maju satu persatu kepada ustadz sesuai halaman masing-masing. Selesai membaca dihadapan ustadz, santri mengulang bacaannya sendiri beberapa kali.
Kondisi seperti itu menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu pertama santri tidak diberi kesempatan untuk menyimak bacaan orang lain. Kedua, tidak ada kompetisi di antara sesama santri. Ketiga, tempo belajar hanya beberapa menit saja dari satu jam yang tersedia. Keempat, kesempatan untuk mengoreksi bacaan teman tertutup. Kelima, kelas menjadi bising, sehingga belajarnya santri kurang nyaman. Keenam, kurang terfokusnya pelajaran tajwid dan bacaan ghorib.
Atas dasar kenyataan inilah, maka perlu dicari alternatif lainnya dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam penggunaan media ataupun metode penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan.
Penelitian ini difokuskan untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan santri membaca Al Qur’an berdasarkan kaidah qira’at dan tajwid, yaitu kurangnya inovatif dan kreativitas ustadz dalam menggunakan metode pembelajaran Al Qur’an sehingga kelas menjadi monoton dan membosankan. Salah satu metode yang mampu menjadikan pembelajaran Al Qur’an menjadi aktif, efektif, kondusif, dan menyenangkan adalah metode Klasikal Baca Simak Murni. Melalui metode Klasikal Baca Simak Murni ini, santri bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran, melainkan sebagai subjek pembelajaran. Santri diajak untuk mengoreksi bacaan temannya dan membenarkannya bila terjadi salah membaca. Dengan cara demikian, terjadi kompetisi di antara santri siapa yang terbaik dalam membaca Al Qur’an dan peningkatan kualitas bacaan santri maupun kualitas mengoreksi bacaan Al Qur’an.

B.     Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Perumusan masalah dari PTK ini adalah:
a)      Bagaimana pengembangan atau langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an?
b)      Apakah penerapan metode Klasikal Baca Simak Murni dapat meningkatkan kemampuan santri dalam belajar membaca Al Qur’an?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah santri tuntas belajarnya jika diajar dengan menerapkan metode Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an di kelas Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama Iv B Surabaya.

D.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah santri dapat tuntas belajarnya jika diajar dengan menerapkan metode Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an di kelas Al Qur’an TPQ Al Hasan Kendangsari Surabaya.

E.     Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini, yaitu:
1.      Bagi Guru
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi guru yang mengajarkan cara membaca Al Qur’an, yaitu guru akan memiliki gambaran pembelajaran Al Qur’an yang efektif, mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya, serta dapat digunakan untuk menyusun program penilaian efektivitas pembelajaran Al Qur’an pada tahap berikutnya.
2.      Bagi Santri
Santri lebih kompetitif dengan temannya. Kemampuan menyimak dan mengoreksi bacaan Al Qur’an semakin meningkat. Santri lebih nyaman belajar Al Qur’an.

F.     Definisi Operasional
1.      Pengertian Pengajaran Al-Qur’an
Pengertian pengajaran adalah sebagai berikut:
a.       Menurut Ki Hajar Dewantara pengajaran adalah pendidikan dan pengetahuan serta memberi kecakapan pada anak yang keduanya bisa bermanfaat buat hidup baik lahir maupun batin.[1]
b.      Pengajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotorik semata-mata, yakni supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan obyektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuatu.[2]
Pengajaran dapat diartikan sebagai tindakan mengajar atau mengajarkan yang berarti bahwa terjadi proses transformasi pengetahuan dari pendidik pada anak didik secara berkesinambungan dan berulang-ulang, serta membutuhkan keseriusan dan berlatih setiap huruf-huruf dan bacaannya.
Adapun beberapa pendapat dalam pengertian Al-Qur‟an menurut istilah antara lain:
a.       Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya termasuk ibadah.[3]
b.      Pengertian Al-Qur‟an menurut Departemen Agama dalam Al-Qur‟an dan terjemahannya adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis dimushaf dan diriwayatkan dengan jalan mutawattir dan yang membacanya dianggap beribadah.[4]
c.       Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditulis dalam mushaf, yang berbahasa arab yang telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan jalan yang mutawattir, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah disudahi dengan surat An-Nas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran Al-Qur‟an adalah pemberian ilmu pengetahuan atau ketrampilan membaca dari seorang pendidik kepada orang lain (anak didik), sehingga anak didik dapat memiliki pengetahuan dan pengertian dalam membaca.[5]
Adapun pengertian lain pengajaran Al-Qur‟an adalah membimbing, melatih anak untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik, dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses berulang-ulang.[6]

2.      Metode Belajar Al Qur’an
Metode belajar Al Quran idealnya memiliki panduan tertentu dan dilaksanakan dengan konsisten. Konsistensi ini penting untuk membangun sistem metode yang kuat dengan prinsip memudahkan bagi murid. Namun pada kasus-kasus tertentu seorang guru Al Quran menghadapi kondisi yang khusus dan memerlukan penanganan berbeda. Kelompok belajar yang ditangani memiliki karakteristik yang beragam antar kelompok maupun secara internal kelompok belajar Al Quran sangat terbuka kemungkinan bersifat heterogen.
Guru Al Quran dalam menghadapi perbedaan karakter kelompok atau murid menghadapi tantangan untuk dapat menerapkan variasi-variasi metode belajar Al Quran. Variasi metode ini mengacu pada teori gaya belajar, yakni visual, auditori, dan kinestetik. Kabar baik bagi guru Al Quran bahwa metode belajar Al Quran pada dasarnya telah menerapkan tiga gaya belajar ini secara terpadu. Gaya belajar visual diterapkan pada saat murid memperhatikan tulisan pada alat peraga atau buku. Gaya belajar auditori diterapkan pada saat murid mendengarkan bacaan guru dengan Teknik 1 (guru membaca murid mendengar). Sedangkan gaya belajar kinestetik diterapkan pada saat murid menunjuk tulisan yang sedang dibaca pada buku.[7]
Keunikan metode belajar Al Quran adalah murid diajak untuk mempraktikkan gaya belajar ini secara bersamaan. Terutama gaya belajar visual dan auditori. Hal ini karena metode belajar Al Quran bersifat praktis. Murid dapat mencapai kompetensi jika menerapkan gaya belajar melihat tulisan, mendengar bacaan, menunjuk, dan yang lebih penting dari tiga gaya belajar ini adalah gaya belajar dengan lisan atau verbal. Gaya belajar lisan adalah gaya belajar inti yang harus diterapkan dalam semua bagian dari proses belajar Al Quran sebagaimana yang diterapkan oleh Rosululloh dan para sahabat beliau.

3.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.[8]
Istilah strategi sering digunakan dalam konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kegiatan pembelajaran, Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa memperoleh tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.[9]

4.      Macam-Macam Strategi Pembelajaran Al Qur’an
Berikut adalah macam-macam strategi pembelajaran Al Qur’an:[10]
1.      Sorogan / Individual / Privat
Yaitu, murid membaca secara individu maju satu persatu kepada guru sesuai halaman masing-masing, selesai langsung pulang tanpa menunggu teman yang lain. Mengingat tidak ada pelajaran lain seperti : do’a harian, kalimah thoyyibah hafalan surat-surat pendek, bacaan sholat dan lain –lain, kecuali Al-Qur’an saja.
Kelebihan dan kekurangan metode Sorogan/Individual:
Kelebihan
·         Sangat baik untuk lembaga yang sangat minim guru dan fasilitas sementara murid melimpah.
·         Jumlah ruangan yang tidak mencukupi kebutuhan
·         Dalam satu kelas terdiri dari berbagai jilid
·         Konsentrasi penuh sehingga hasil bisa maksimal
Kekurangan
·         Tidak ada kompetisi diantara sesama murid
·         Sangat merugikan bagi lembaga yang punya fasilitas lengkap guru dan ruang cukup
·         Tempo belajar hanya beberapa menit saja, dari satu jam yang tersedia
·         Kesempatan untuk belajar mengoreksi bacaan teman tetutup
·         Kelas bising, sehingga anak belajar kurang nyaman
·         Jika bertempat di masjid atau mosholla, mengganggu para jamaah yang sedang beribadah.
2.      Klasikal Individual
Yaitu, mengajar dengan cara membagi waktu menjadi dua, sebagaian waktu digunakan untuk membaca secara bersama-sama (klasikal) selebihnya untuk individu, sesuai dengan kemampuan.
Misalnya:
·         10 – 15 % waktu untuk klasikal, misal hari ini pokok pelajaran I berikut latihannya dan esok hari pokok pelajaran II beserta latihannya, dst.
·         85 – 90 % waktu untuk individu sesuai dengan pelajaran masing-masing.
Kekurangan dan kelabihan metode Klasikal Individual:
Kelebihan:
·         Siswa lebih lancar membaca, sebab disamping membaca sendiri, juga menyimak temannya yang berarti membaca didalam hati
·         Cocok untuk lembaga yang lengkap fasilitasnya guru dan murid berimbang serta tempat atau ruang yang memadai
·         Kesempatan untuk belajar mengoreksi bacaan temannya lebih terbuka/lebih gampang
Kekurangan:
·         Ketika individual kelas cendrung tidak terkontrol
·         Waktu yang ada kurang maksimal


3.      Klasikal Baca Simak
Yaitu, mengajarkan secara bersama-sama setiap halaman judul dan diteruskan secara individu pada halaman latihan sesuai halaman masing-masing, disimak oleh siswa yang tidak membaca dan dimulai dari halaman yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Contohnya:
Mengajar TK jilid IV dengan jumlah santri 20 orang anak terdiri dari:
Pokok pelajaran I halaman 1 – 4 : 5 anak ( a, b, c, d, e )
Pokok pelajaran II halaman 5 – 6 : 5 anak (f, g, h, i, j )
Pokok pelajaran III halaman 7 – 9 : 5 anak (k, l, m, n, o )
Pokok pelajaran IV halaman 10 – 11 : 5 anak ( p, q, r, s, t )
Mulai dari pokok pelajaran I (halaman 1 – 4 )
- Halaman judul diterangkan dan diberi contoh beberapa baris sampai betul-betul faham.
- Semua anak membaca bersama-sama dua atau tiga baris awal pada halaman
judul, boleh juga separuh halaman judul
- Baris selebihnya dibaca secara bergantian oleh a – e, sampai halaman 4, masing-masing satu s.d dua baris dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama gurunya
- A dan b lancar tanpa salah, maka meraka punya hak mengikuti pokok pelajaran II bersama-sama dengan f – j
- C dan D lancar sampai halaman 4 tapi ada salahnya 2 X, hari berikutnya langsung pokok pelajaran II
- Sedang e hanya mampu menyelesaikan sampai halaman 3, tidak lancar dan banyak salahnya, esok hari mengulangi lagi dari halaman yang tidak lancar tadi atau halaman yang banyak salahnya
- Jika ada bacaan yang salah anak yang lain menegur dengan cara mengucapkan kata “ salah “ sampai 2 X
- Begitu seterusnya pokok pelajaran II, III, IV dengan cara yang sama.
Langkah- langkah pembetulan kesalahan baca pada anak :
a.       Berikan kesempatan sampai 2 X lagi untuk memperbaiki kesalahan bacaan.
b.      Jika tetap masih salah juga, tanyakan kepada yang lainnya siapa yang bisa membaca dengan benar ?, apa salahnya ? dan bagaimana yang benar ? dan sebagainya
c.       Tidak ada satu muridpun bisa menjawab, guru membimbing menunjukkan tempat yang salah dan membetulkan bersama-sama.
d.      Dan jangan sekali-kali guru langsung memberikan bacaan yang benar, kecuali sangat terpaksa dan ini langkah terakhir
e.       Anak tersebut mengulanginya lagi dengan bacaan yang sudah diberikan.
Kelebihan dan kekurangan metode Klasikal Baca Simak:
Kelebihan
·         Siswa lebih lancar membaca, disamping lisan membaca juga menyimak (membaca dalam hati)
·         Suasana kelas tenang, PBM lancar dan enak.
Kekurangan :
Siswa yang merasa sudah bisa membaca, biasanya ogah-ogahan menyimak.

4.      Klasikal Baca Simak Murni (KBSM)
Semua siswa menerima pelajaran yang sama , dengan cara membaca bersama-sama setiap halaman judul, dilanjutkan membaca individu 1 – 2 baris pada halaman latihan secara bergantian ( dari halaman 1 – akhir ) pada pokok pelajaran tadi, yang lainnya menyimak bersama-sama dengan guru.
Dimulai dari pokok pelajaran awal sampai semua anak lancar, jika baru sebagian anak yang membaca, tapi halaman latihan pada pokok pelajaran habis, maka kembali lagi kehalaman pada pokok pelajaran I dan baru pindah kepokok pelajaran berikut setelah yang pertama tuntas.
Dalam metode ini guru bisa mengajarkan 2 s.d 3, bahkan 4 pokok pelajaran setiap hari. Jika seluruh halaman dalam buku sudah terbaca, maka siswa yang sudah mencapai LCTB diteskan. Sedang yang belum LCTB diulang dari awal lagi dengan cara seperti diatas, dan kenaikan tetap individu.
Contohnya :
Mengajarkan jilid II SD dengan jumlah murid = diatas
Mulai dari pokok pelajaran I
- Halaman judul diterangkan dan diberi contoh bebrapa baris sampai betul-betul paham
- Semua anak membaca bersama-sama dua atau tiga baris awal pada halaman judul, boleh juga separoh halaman judul
- Baris selebinya dibaca secara bergantian oleh seluruh anak, dari halaman 1 – 6, masing-masing satu s.d dua baris dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama gurunya
- Jika memungkinkan untuk menambah pokok pelajaran brikut, hari itu juga ditambah dengan cara seperti pokok pelajaran I
- Hari esok tinggal melanjutkan pokok pelajaran berikutnya
- Anak yang baru masuk langsung ikut menyesuaikan yang lama.
Kekurangan dan kelebihan metode Kalsikal Baca Simak Murni :
Kelebihan :
·         Lebih lancar membaca
·         Menyimak terus
·         Kelas tertib dan PBM lancar
·         Lebih kritis terhadap bacaan teman-temannya
·         Lebih banyak berkonsentrasi
·         Pengajaran lebih fleksibel karena banyak pilihan
Kekurangan :
·         Tidak baik untuk jilid I TK Maupun SD
·         Wali murid susah mengetahui secara pasti halaman putrinya.

G.    Metode Penelitian
1.      Setting Penelitian
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama Iv B Surabayaa. Akan dilaksanakan tahun 2011-2012 yang melibatkan 15 santri.
2.      Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah santri kelas A Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda, Tenggilis Lama IV B Surabayatahun 2011-2012 yang berjumlah 15 santri, sebagaimana digambarkan dalam tabel  (lampiran).
3.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes dan nontes:
a.       Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran Al Qur’an pada kelas A Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda, Tenggilis Lama IV B Surabaya tahun 2011-2012 yang berjumlah 15 santri. Pada setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan santri dalam penguasaan membaca Al Qur’an.
b.      Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi, wawancara, dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap santri terhadap pemahaman pokok pembelajaran Al Qur’an, respon dan sikap santri terhadap strategi Klasikal Baca Simak Murni, dan santri yang menunjukkan gejala khusus dalam penerapan strategi Klasikal Baca Simak Murni.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap santri dalam pelaksanaan strategi Klasikal Baca Simak Murni, penyebab santri kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan motivasi yang menjadikan santri bersemangat mengikuti proses strategi Klasikal Baca Simak Murni.
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau terekam pada saat penerapan strategi Klasikal Baca Simak Murni baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
4.      Validitas Data
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan validasi teoritik maupun validasi empirik (analisis kualitatif dan kuantitatif). Proses pembelajaran (observasi dan wawancara) yang divalidasi datanya melalui trianggulasi, baik sumber maupun metoda.
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda, dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang di berbagai tingkatan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dikumen yang berkaitan (Lexy J. Moleong, 2002 : 178).

5.      Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
a.    Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh santri dirata-rata untuk menemukan tingkat pemahaman konsep modernisasi para santri dalam pembelajaran Sosiologi. Nilai persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
NP =  x 100%
Keterangan:
NP = Nilai persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden

b.    Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan strategi Klasikal Baca Simak Murni, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan santri membaca Al Qur’an, dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.

6.      Indikator Kinerja
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar santri dan kesulitan mengajar oleh guru.
Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap tindakan, diperlukan kriteria keberhasilan, yang ditetapkan sebelum tindakan  dilakukan. Dari kegiatan  refleksi ini, diperoleh ketetapan tentang hal-hal yang telah tercapai menjadi bahan dalam merencanakan kegiatan siklus berikutnya.
Indikator kinerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa semakin meningkat perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang positif sebagaimana terlihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Tabel nilai hasil postes untuk tiga siklus
KATEGORI
KETERANGAN
FREKUENSI NILAI
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
L +
Lancar tanpa salah dan punya kemampuan lebih dari temannya



L
Lancar tanpa salah



L -
salah 1 – 2 X



CL
salah 3 X



KL / TL
salah lebih dari 3 X



JUMLAH




Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan partisipasi responden (santri) dan peningkatan sikap positif baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran yang positif, dari siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi kurang berhasil dalam perlakuan Penelitian Tindakan Kelas ini.


7.      Prosedur Penelitian
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4) merefleksi.
Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah dilakukan refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, pengamatan ulang, tindakan ulang serta dilakukan refleksi ulang.
Siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al Qur’an, yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2 dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan siklus ke-3.
Kesimpulan diambil atas dasar  perubahan hasil tes dan non tes antara siklus ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika sebaliknya, maka perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari wawancara, angket maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah terkumpul sebagai perbandingan antara siklus ke-1 dengan siklus berikutnya.

8.      Pelaksanaan Dan Penjadwalan
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
1.      Kegiatan Siklus I
a.  Persiapan          : 4 Juli 2011
b.  Pelaksanaan      : 11 Juli 2011
c.   Refleksi           : 18 Juli 2011
2.      Kegiatan Siklus II
a.  Persiapan          : 25 Juli 2011
b.  Pelaksanaan      : 1 Agustus 2011
c.  Refleksi            : 8 Agustus 2011
3.      Kegiatan Siklus III
a.   Persiapan         : -
b.   Pelaksanaan     : -
c.  Refleksi                  : -

H.    Daftar Rujukan
Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Al-Qur’an Islam. Bandung: Rosdakarya.
DEPAG RI. 1993. Terjemahannya Bab I. Surabaya: Surya Cipta Aksara.
Quthan, Manaul. 1993. Pembahasan Ilmu Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun PKP 3. 1974.  Peranan Pondok Pesantren dalam Pembangunan. Jakarta: Paryu Barkah.
http://labquransdisabilillah.blogspot.com/
http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110189
http://pembelajaranalquran.wordpress.com/2009/08/26/varias-variasi-metode-belajar-al-quran-menciptakan-pembelajaran-al-quran-yang-memudahkan/
http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/
lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/abstract/04110173.ps



[1] Tim Penyusun PKP 3, Peranan Pondok Pesantren dalam Pembangunan, (Jakarta: Paryu Barkah, 1974), hlm. 1
[2] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Al-Qur’an Islam, (Bandung: Rosdakarya, 1995), hlm. 33-34
[3] Manaul Quthan, Pembahasan Ilmu Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm.  3
[4] DEPAG RI, Terjemahannya Bab I, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993), hlm. 16
[5] Lihat: lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/abstract/04110173.ps (tanggal 20 Juni 2011)
[6] Ibid. (tanggal 20 Juni 2011)
[7] Lihat: http://pembelajaranalquran.wordpress.com/2009/08/26/varias-variasi-metode-belajar-al-quran-menciptakan-pembelajaran-al-quran-yang-memudahkan/ (tanggal 5 Juni 2011)
[8] Lihat: http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/ (tanggal 21 Juni 2011)
[9] Lihat: http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110189.pdf  (tanggal 20 Juni 2011)
[10] Lihat: http://labquransdisabilillah.blogspot.com/ (tanggal 20 Juni 2011)