PROPOSAL
PTK
Judul PTK: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Al Qur’an Dengan Strategi Klasikal Baca Simak Murni Di Kelas Al Qur’an
Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama IV B Surabaya
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar
Al Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, begitu juga
mengajarkannya. Balajar membaca Al Qur’an sampai baik dan benar, sesuai dengan
kaidah qiraat dan tajwid perlu dilakukan sejak usia dini, baik dilakukan di
Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), madrasah, maupun pondok pesantren.
Pembelajaran
Al Qur’an yang terjadi di Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama IV B
Surabaya masih bersifat konvensional, yaitu dengan teknik sorogan atau
individual. Santri membaca secara individu maju satu persatu kepada ustadz
sesuai halaman masing-masing. Selesai membaca dihadapan ustadz, santri
mengulang bacaannya sendiri beberapa kali.
Kondisi seperti
itu menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu pertama santri tidak diberi
kesempatan untuk menyimak bacaan orang lain. Kedua, tidak ada kompetisi di
antara sesama santri. Ketiga, tempo belajar hanya beberapa menit saja dari satu
jam yang tersedia. Keempat, kesempatan untuk mengoreksi bacaan teman tertutup.
Kelima, kelas menjadi bising, sehingga belajarnya santri kurang nyaman. Keenam,
kurang terfokusnya pelajaran tajwid dan bacaan ghorib.
Atas
dasar kenyataan inilah, maka perlu dicari alternatif lainnya dengan melakukan
inovasi dan pendekatan, baik itu dalam penggunaan media ataupun metode
penyampaian sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan
menyenangkan.
Penelitian
ini difokuskan untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab
rendahnya tingkat kemampuan santri membaca Al Qur’an berdasarkan kaidah qira’at
dan tajwid, yaitu kurangnya inovatif dan kreativitas ustadz dalam
menggunakan metode pembelajaran Al Qur’an sehingga kelas menjadi monoton dan
membosankan. Salah satu metode yang mampu menjadikan pembelajaran Al Qur’an
menjadi aktif, efektif, kondusif, dan menyenangkan adalah metode Klasikal Baca
Simak Murni. Melalui metode Klasikal Baca Simak Murni ini, santri bukan
dijadikan sebagai objek pembelajaran, melainkan sebagai subjek pembelajaran.
Santri diajak untuk mengoreksi bacaan temannya dan membenarkannya bila terjadi
salah membaca. Dengan cara demikian, terjadi kompetisi di antara santri siapa
yang terbaik dalam membaca Al Qur’an dan peningkatan kualitas bacaan santri
maupun kualitas mengoreksi bacaan Al Qur’an.
B.
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
Perumusan masalah dari PTK ini adalah:
a)
Bagaimana
pengembangan atau langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode
Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an?
b)
Apakah
penerapan metode Klasikal Baca Simak Murni dapat meningkatkan kemampuan santri
dalam belajar membaca Al Qur’an?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui apakah santri tuntas belajarnya jika diajar dengan
menerapkan metode Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an di kelas
Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama Iv B Surabaya.
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah santri dapat tuntas belajarnya jika diajar
dengan menerapkan metode Klasikal Baca Simak Murni pada pembelajaran Al Qur’an
di kelas Al Qur’an TPQ Al Hasan Kendangsari Surabaya.
E.
Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat
hasil penelitian ini, yaitu:
1.
Bagi
Guru
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi guru yang
mengajarkan cara membaca Al Qur’an, yaitu guru akan memiliki gambaran
pembelajaran Al Qur’an yang efektif, mengidentifikasi permasalahan yang timbul
di kelas, sekaligus mencari solusi pemecahannya, serta dapat digunakan untuk
menyusun program penilaian efektivitas pembelajaran Al Qur’an pada tahap
berikutnya.
2.
Bagi
Santri
Santri lebih kompetitif dengan temannya. Kemampuan menyimak dan
mengoreksi bacaan Al Qur’an semakin meningkat. Santri lebih nyaman belajar Al
Qur’an.
F. Definisi Operasional
1. Pengertian Pengajaran Al-Qur’an
Pengertian pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Menurut Ki Hajar
Dewantara pengajaran adalah pendidikan dan pengetahuan serta memberi kecakapan
pada anak yang keduanya bisa bermanfaat buat hidup baik lahir maupun batin.[1]
b. Pengajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan
psikomotorik semata-mata, yakni supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap
berfikir kritis, sistematis dan obyektif, serta terampil dalam mengerjakan
sesuatu.[2]
Pengajaran dapat diartikan sebagai tindakan mengajar
atau mengajarkan yang berarti bahwa terjadi proses transformasi pengetahuan
dari pendidik pada anak didik secara berkesinambungan dan berulang-ulang, serta
membutuhkan keseriusan dan berlatih setiap huruf-huruf dan bacaannya.
Adapun beberapa pendapat dalam pengertian Al-Qur‟an
menurut istilah antara lain:
a. Al-Qur‟an adalah
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya
termasuk ibadah.[3]
b. Pengertian
Al-Qur‟an menurut Departemen Agama dalam Al-Qur‟an dan terjemahannya adalah
kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis dimushaf dan diriwayatkan dengan jalan mutawattir dan yang
membacanya dianggap beribadah.[4]
c. Menurut Hasbi
Ash-Shiddiqy, Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad yang ditulis dalam mushaf, yang berbahasa arab yang telah dinukilkan
(dipindahkan) kepada kita dengan jalan yang mutawattir, yang dimulai dengan
surat Al-Fatihah disudahi dengan surat An-Nas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengajaran Al-Qur‟an adalah pemberian ilmu pengetahuan atau ketrampilan
membaca dari seorang pendidik kepada orang lain (anak didik), sehingga anak
didik dapat memiliki pengetahuan dan pengertian dalam membaca.[5]
Adapun pengertian lain pengajaran Al-Qur‟an adalah membimbing,
melatih anak untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik, dimana hal tersebut
membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses berulang-ulang.[6]
2.
Metode Belajar Al Qur’an
Metode
belajar Al Quran idealnya memiliki panduan tertentu dan dilaksanakan dengan
konsisten. Konsistensi ini penting untuk membangun sistem metode yang kuat
dengan prinsip memudahkan bagi murid. Namun pada kasus-kasus tertentu seorang
guru Al Quran menghadapi kondisi yang khusus dan memerlukan penanganan berbeda.
Kelompok belajar yang ditangani memiliki karakteristik yang beragam antar
kelompok maupun secara internal kelompok belajar Al Quran sangat terbuka
kemungkinan bersifat heterogen.
Guru
Al Quran dalam menghadapi perbedaan karakter kelompok atau murid menghadapi
tantangan untuk dapat menerapkan variasi-variasi metode belajar Al Quran.
Variasi metode ini mengacu pada teori gaya belajar, yakni visual, auditori, dan
kinestetik. Kabar baik bagi guru Al Quran bahwa metode belajar Al Quran pada
dasarnya telah menerapkan tiga gaya belajar ini secara terpadu. Gaya belajar
visual diterapkan pada saat murid memperhatikan tulisan pada alat peraga atau
buku. Gaya belajar auditori diterapkan pada saat murid mendengarkan bacaan guru
dengan Teknik 1 (guru membaca murid mendengar). Sedangkan gaya belajar
kinestetik diterapkan pada saat murid menunjuk tulisan yang sedang dibaca pada
buku.[7]
Keunikan
metode belajar Al Quran adalah murid diajak untuk mempraktikkan gaya belajar
ini secara bersamaan. Terutama gaya belajar visual dan auditori. Hal ini karena
metode belajar Al Quran bersifat praktis. Murid dapat mencapai kompetensi jika
menerapkan gaya belajar melihat tulisan, mendengar bacaan, menunjuk, dan yang
lebih penting dari tiga gaya belajar ini adalah gaya belajar dengan lisan atau
verbal. Gaya belajar lisan adalah gaya belajar inti yang harus diterapkan dalam
semua bagian dari proses belajar Al Quran sebagaimana yang diterapkan oleh
Rosululloh dan para sahabat beliau.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip
pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina
Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi
pembelajaran deduktif.[8]
Istilah strategi sering digunakan dalam konteks dengan
makna yang tidak selalu sama. Dalam kegiatan pembelajaran, Nana Sudjana
mengatakan bahwa strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa memperoleh
tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.[9]
4. Macam-Macam Strategi Pembelajaran Al Qur’an
Berikut
adalah macam-macam strategi pembelajaran Al Qur’an:[10]
1. Sorogan
/ Individual / Privat
Yaitu, murid membaca secara individu maju
satu persatu kepada guru sesuai halaman masing-masing, selesai langsung pulang
tanpa menunggu teman yang lain. Mengingat tidak ada pelajaran lain seperti :
do’a harian, kalimah thoyyibah hafalan surat-surat pendek, bacaan sholat dan
lain –lain, kecuali Al-Qur’an saja.
Kelebihan dan
kekurangan metode Sorogan/Individual:
Kelebihan
·
Sangat baik
untuk lembaga yang sangat minim guru dan fasilitas sementara murid melimpah.
·
Jumlah ruangan
yang tidak mencukupi kebutuhan
·
Dalam satu kelas
terdiri dari berbagai jilid
·
Konsentrasi
penuh sehingga hasil bisa maksimal
Kekurangan
·
Tidak ada
kompetisi diantara sesama murid
·
Sangat merugikan
bagi lembaga yang punya fasilitas lengkap guru dan ruang cukup
·
Tempo belajar
hanya beberapa menit saja, dari satu jam yang tersedia
·
Kesempatan untuk
belajar mengoreksi bacaan teman tetutup
·
Kelas bising,
sehingga anak belajar kurang nyaman
·
Jika bertempat di masjid atau mosholla, mengganggu
para jamaah
yang sedang beribadah.
2. Klasikal
Individual
Yaitu, mengajar dengan cara membagi waktu
menjadi dua, sebagaian waktu digunakan untuk membaca secara bersama-sama
(klasikal) selebihnya untuk individu, sesuai dengan kemampuan.
Misalnya:
·
10 – 15 % waktu
untuk klasikal, misal hari ini pokok pelajaran I berikut latihannya dan esok
hari pokok pelajaran II beserta latihannya, dst.
·
85 – 90 % waktu
untuk individu sesuai dengan pelajaran masing-masing.
Kekurangan
dan kelabihan metode Klasikal Individual:
Kelebihan:
·
Siswa lebih
lancar membaca, sebab disamping membaca sendiri, juga menyimak temannya yang
berarti membaca didalam hati
·
Cocok untuk
lembaga yang lengkap fasilitasnya guru dan murid berimbang serta tempat atau
ruang yang memadai
·
Kesempatan untuk
belajar mengoreksi bacaan temannya lebih terbuka/lebih gampang
Kekurangan:
·
Ketika
individual kelas cendrung tidak terkontrol
·
Waktu yang ada
kurang maksimal
3. Klasikal
Baca Simak
Yaitu, mengajarkan secara bersama-sama
setiap halaman judul dan diteruskan secara individu pada halaman latihan sesuai
halaman masing-masing, disimak oleh siswa yang tidak membaca dan dimulai dari
halaman yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Contohnya:
Mengajar
TK jilid IV dengan jumlah santri 20 orang anak terdiri dari:
Pokok
pelajaran I halaman 1 – 4 : 5 anak ( a, b, c, d, e )
Pokok
pelajaran II halaman 5 – 6 : 5 anak (f, g, h, i, j )
Pokok
pelajaran III halaman 7 – 9 : 5 anak (k, l, m, n, o )
Pokok
pelajaran IV halaman 10 – 11 : 5 anak ( p, q, r, s, t )
Mulai
dari pokok pelajaran I (halaman 1 – 4 )
-
Halaman judul diterangkan dan diberi contoh beberapa baris sampai betul-betul faham.
-
Semua anak membaca bersama-sama dua atau tiga baris awal pada halaman
judul,
boleh juga separuh halaman judul
-
Baris selebihnya dibaca secara bergantian oleh a – e, sampai halaman 4, masing-masing satu s.d dua baris
dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama gurunya
-
A dan b lancar tanpa salah, maka meraka punya hak mengikuti pokok pelajaran II
bersama-sama dengan f – j
-
C dan D lancar sampai halaman 4 tapi ada salahnya 2 X, hari berikutnya langsung
pokok pelajaran II
-
Sedang e hanya mampu menyelesaikan sampai halaman 3, tidak lancar dan banyak
salahnya, esok hari mengulangi lagi dari halaman yang tidak lancar tadi atau
halaman yang banyak salahnya
-
Jika ada bacaan yang salah anak yang lain menegur dengan cara mengucapkan kata
“ salah “ sampai 2 X
-
Begitu seterusnya pokok pelajaran II, III, IV dengan cara yang sama.
Langkah- langkah pembetulan kesalahan
baca pada anak :
a. Berikan
kesempatan sampai 2 X lagi untuk memperbaiki kesalahan bacaan.
b. Jika
tetap masih salah juga, tanyakan kepada yang lainnya siapa yang bisa membaca
dengan benar ?, apa salahnya ? dan bagaimana yang benar ? dan sebagainya
c. Tidak
ada satu muridpun bisa menjawab, guru membimbing menunjukkan tempat yang salah
dan membetulkan bersama-sama.
d. Dan
jangan sekali-kali guru langsung memberikan bacaan yang benar, kecuali sangat
terpaksa dan ini langkah terakhir
e. Anak
tersebut mengulanginya lagi dengan bacaan yang sudah diberikan.
Kelebihan dan kekurangan metode Klasikal
Baca Simak:
Kelebihan
·
Siswa lebih
lancar membaca, disamping lisan membaca juga menyimak (membaca dalam hati)
·
Suasana kelas
tenang, PBM lancar dan enak.
Kekurangan
:
Siswa
yang merasa sudah bisa membaca, biasanya ogah-ogahan menyimak.
4. Klasikal
Baca Simak Murni (KBSM)
Semua siswa menerima pelajaran yang sama
, dengan cara membaca bersama-sama setiap halaman judul, dilanjutkan membaca
individu 1 – 2 baris pada halaman latihan secara bergantian ( dari halaman 1 –
akhir ) pada pokok pelajaran tadi, yang lainnya menyimak bersama-sama dengan
guru.
Dimulai dari pokok pelajaran awal sampai
semua anak lancar, jika baru sebagian anak yang membaca, tapi halaman latihan
pada pokok pelajaran habis, maka kembali lagi kehalaman pada pokok pelajaran I
dan baru pindah kepokok pelajaran berikut setelah yang pertama tuntas.
Dalam metode ini guru bisa mengajarkan 2
s.d 3, bahkan 4 pokok pelajaran setiap hari. Jika seluruh halaman dalam buku
sudah terbaca, maka siswa yang sudah mencapai LCTB diteskan. Sedang yang belum LCTB
diulang dari awal lagi dengan cara seperti diatas, dan kenaikan tetap individu.
Contohnya
:
Mengajarkan
jilid II SD dengan jumlah murid = diatas
Mulai
dari pokok pelajaran I
-
Halaman judul diterangkan dan diberi contoh bebrapa baris sampai betul-betul
paham
-
Semua anak membaca bersama-sama dua atau tiga baris awal pada halaman judul,
boleh juga separoh halaman judul
-
Baris selebinya dibaca secara bergantian oleh seluruh anak, dari halaman 1 – 6,
masing-masing satu s.d dua baris dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama
gurunya
- Jika memungkinkan untuk menambah pokok pelajaran brikut, hari itu juga ditambah dengan cara seperti pokok pelajaran I
- Jika memungkinkan untuk menambah pokok pelajaran brikut, hari itu juga ditambah dengan cara seperti pokok pelajaran I
-
Hari esok tinggal melanjutkan pokok pelajaran berikutnya
-
Anak yang baru masuk langsung ikut menyesuaikan yang lama.
Kekurangan dan kelebihan metode Kalsikal
Baca Simak Murni :
Kelebihan
:
·
Lebih lancar
membaca
·
Menyimak terus
·
Kelas tertib dan
PBM lancar
·
Lebih kritis
terhadap bacaan teman-temannya
·
Lebih banyak
berkonsentrasi
·
Pengajaran lebih
fleksibel karena banyak pilihan
Kekurangan
:
·
Tidak baik untuk
jilid I TK Maupun SD
·
Wali murid susah
mengetahui secara pasti halaman putrinya.
G. Metode Penelitian
1.
Setting Penelitian
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas Al Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda Tenggilis Lama Iv B
Surabayaa. Akan dilaksanakan tahun 2011-2012 yang melibatkan 15 santri.
2.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah santri kelas A Qur’an Madrasah Diniyah Fathul
Huda, Tenggilis Lama IV B Surabayatahun 2011-2012 yang berjumlah 15 santri,
sebagaimana digambarkan dalam tabel
(lampiran).
3.
Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen tes
dan nontes:
a.
Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan pembelajaran Al Qur’an pada kelas A Qur’an Madrasah Diniyah Fathul Huda,
Tenggilis Lama IV B Surabaya tahun 2011-2012 yang
berjumlah 15 santri. Pada setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur
kemampuan santri dalam penguasaan membaca Al Qur’an.
b.
Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu observasi,
wawancara, dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan
sikap santri terhadap pemahaman pokok pembelajaran
Al Qur’an, respon dan sikap santri terhadap strategi Klasikal Baca Simak Murni, dan santri yang menunjukkan gejala khusus
dalam penerapan strategi Klasikal Baca
Simak Murni.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap santri dalam
pelaksanaan strategi Klasikal Baca Simak Murni, penyebab santri kurang dapat
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan motivasi yang menjadikan santri
bersemangat mengikuti proses strategi Klasikal Baca Simak Murni.
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan
tercatat atau terekam pada saat penerapan strategi Klasikal Baca Simak Murni
baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus
berikutnya.
4.
Validitas Data
Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrumen tes menentukan
validasi teoritik maupun validasi empirik (analisis kualitatif dan
kuantitatif). Proses pembelajaran (observasi dan wawancara) yang divalidasi
datanya melalui trianggulasi, baik sumber maupun metoda.
Untuk kepentingan keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik
trianggulasi, yaitu pengujian validitas data dengan cara membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat berbeda, dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan
secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
di berbagai tingkatan, (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dikumen yang berkaitan (Lexy J. Moleong, 2002 : 178).
5.
Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah
teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Data kuantitatif
yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase.
Nilai yang diperoleh santri dirata-rata untuk menemukan tingkat pemahaman
konsep modernisasi para santri dalam pembelajaran Sosiologi. Nilai persentase
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
NP = x 100%
Keterangan:
NP = Nilai
persentase
NK = Nilai komulatif
R = Jumlah responden
b. Data kualitatif yang
diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifikasikan berdasarkan
aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini
kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan strategi
Klasikal Baca Simak Murni, yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan santri membaca Al Qur’an, dan perubahan tingkah laku yang
menyertainya.
6.
Indikator Kinerja
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian
dengan berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat berupa
perbaikan praksis yang meliputi penanggulangan berbagai masalah belajar santri
dan kesulitan mengajar oleh guru.
Untuk mengevaluasi ada tidaknya dampak positif terhadap tindakan,
diperlukan kriteria keberhasilan, yang ditetapkan sebelum tindakan dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini, diperoleh ketetapan tentang
hal-hal yang telah tercapai menjadi bahan dalam merencanakan kegiatan siklus
berikutnya.
Indikator kinerja dari data kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa
semakin meningkat perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan
kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi
seumpama pada siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus
ke-1 berarti terjadi peningkatan yang positif sebagaimana terlihat pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1. Tabel nilai hasil postes untuk tiga siklus
KATEGORI
|
KETERANGAN
|
FREKUENSI NILAI
|
||
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
||
L +
|
Lancar tanpa salah
dan punya kemampuan lebih dari temannya
|
|
|
|
L
|
Lancar tanpa salah
|
|
|
|
L -
|
salah 1 – 2 X
|
|
|
|
CL
|
salah 3 X
|
|
|
|
KL / TL
|
salah lebih dari 3
X
|
|
|
|
JUMLAH
|
|
|
|
Indikator kinerja dari data kualitatif ditetapkan bahwa peningkatan
partisipasi responden (santri) dan peningkatan sikap positif baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran yang
positif, dari siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi
kurang berhasil dalam perlakuan Penelitian Tindakan Kelas ini.
7.
Prosedur Penelitian
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu
(1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4)
merefleksi.
Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus sebab setelah
dilakukan refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses
tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan
perencanaan ulang, pengamatan ulang, tindakan ulang serta dilakukan refleksi
ulang.
Siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al
Qur’an, yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan tindakan
pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2 dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca Al Qur’an setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan
siklus ke-3.
Kesimpulan diambil atas dasar
perubahan hasil tes dan non tes antara siklus ke-1 ke siklus berikutnya.
Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan positif secara signifikan
berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika sebaliknya, maka
perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan
antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari
wawancara, angket maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah
terkumpul sebagai perbandingan antara siklus ke-1 dengan siklus berikutnya.
8.
Pelaksanaan Dan
Penjadwalan
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
1. Kegiatan Siklus I
a. Persiapan : 4 Juli 2011
b. Pelaksanaan : 11 Juli 2011
c. Refleksi : 18 Juli 2011
2. Kegiatan Siklus II
a. Persiapan : 25 Juli 2011
b. Pelaksanaan : 1 Agustus 2011
c. Refleksi : 8 Agustus 2011
3. Kegiatan Siklus III
a. Persiapan : -
b. Pelaksanaan : -
c. Refleksi : -
H.
Daftar Rujukan
Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran
Al-Qur’an Islam. Bandung: Rosdakarya.
DEPAG RI. 1993. Terjemahannya Bab I. Surabaya: Surya Cipta
Aksara.
Quthan,
Manaul. 1993. Pembahasan Ilmu Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun PKP 3. 1974. Peranan Pondok Pesantren dalam Pembangunan.
Jakarta: Paryu Barkah.
http://labquransdisabilillah.blogspot.com/
http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110189
http://pembelajaranalquran.wordpress.com/2009/08/26/varias-variasi-metode-belajar-al-quran-menciptakan-pembelajaran-al-quran-yang-memudahkan/
http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/
lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/abstract/04110173.ps
[1]
Tim Penyusun PKP 3, Peranan
Pondok Pesantren dalam Pembangunan, (Jakarta: Paryu Barkah, 1974), hlm. 1
[7] Lihat: http://pembelajaranalquran.wordpress.com/2009/08/26/varias-variasi-metode-belajar-al-quran-menciptakan-pembelajaran-al-quran-yang-memudahkan/
(tanggal 5 Juni 2011)
[8]
Lihat: http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/ (tanggal 21 Juni 2011)