BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pengajaran Al-Qur’an
Pengertian pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Menurut Ki Hajar
Dewantara pengajaran adalah pendidikan dan pengetahuan serta memberi kecakapan
pada anak yang keduanya bisa bermanfaat buat hidup baik lahir maupun batin.[1]
b. Pengajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan
psikomotorik semata-mata, yakni supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih
cakap berfikir kritis, sistematis dan obyektif, serta terampil dalam
mengerjakan sesuatu.[2]
Pengajaran dapat diartikan sebagai tindakan mengajar
atau mengajarkan yang berarti bahwa terjadi proses transformasi pengetahuan
dari pendidik pada anak didik secara berkesinambungan dan berulang-ulang, serta
membutuhkan keseriusan dan berlatih setiap huruf-huruf dan bacaannya.
Adapun beberapa pendapat dalam pengertian Al-Qur‟an
menurut istilah antara lain:
a. Al-Qur‟an adalah
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya
termasuk ibadah.[3]
b. Pengertian
Al-Qur‟an menurut Departemen Agama dalam Al-Qur‟an dan terjemahannya adalah
kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis dimushaf dan diriwayatkan dengan jalan mutawattir dan yang
membacanya dianggap beribadah.[4]
c. Menurut Hasbi
Ash-Shiddiqy, Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad yang ditulis dalam mushaf, yang berbahasa arab yang telah dinukilkan
(dipindahkan) kepada kita dengan jalan yang mutawattir, yang dimulai dengan
surat Al-Fatihah disudahi dengan surat An-Nas.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengajaran Al-Qur‟an adalah pemberian ilmu pengetahuan atau ketrampilan
membaca dari seorang pendidik kepada orang lain (anak didik), sehingga anak
didik dapat memiliki pengetahuan dan pengertian dalam membaca.[5]
Adapun pengertian lain pengajaran Al-Qur‟an adalah
membimbing, melatih anak untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik, dimana hal
tersebut membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses berulang-ulang.[6]
B. Metode Belajar Al Qur’an
Metode
belajar Al Quran idealnya memiliki panduan tertentu dan dilaksanakan dengan
konsisten. Konsistensi ini penting untuk membangun sistem metode yang kuat
dengan prinsip memudahkan bagi murid. Namun pada kasus-kasus tertentu seorang
guru Al Quran menghadapi kondisi yang khusus dan memerlukan penanganan berbeda.
Kelompok belajar yang ditangani memiliki karakteristik yang beragam antar
kelompok maupun secara internal kelompok belajar Al Quran sangat terbuka
kemungkinan bersifat heterogen.
Guru
Al Quran dalam menghadapi perbedaan karakter kelompok atau murid menghadapi
tantangan untuk dapat menerapkan variasi-variasi metode belajar Al Quran.
Variasi metode ini mengacu pada teori gaya belajar, yakni visual, auditori, dan
kinestetik. Kabar baik bagi guru Al Quran bahwa metode belajar Al Quran pada
dasarnya telah menerapkan tiga gaya belajar ini secara terpadu. Gaya belajar
visual diterapkan pada saat murid memperhatikan tulisan pada alat peraga atau
buku. Gaya belajar auditori diterapkan pada saat murid mendengarkan bacaan guru
dengan Teknik 1 (guru membaca murid mendengar). Sedangkan gaya belajar
kinestetik diterapkan pada saat murid menunjuk tulisan yang sedang dibaca pada
buku.[7]
Keunikan
metode belajar Al Quran adalah murid diajak untuk mempraktikkan gaya belajar
ini secara bersamaan. Terutama gaya belajar visual dan auditori. Hal ini karena
metode belajar Al Quran bersifat praktis. Murid dapat mencapai kompetensi jika
menerapkan gaya belajar melihat tulisan, mendengar bacaan, menunjuk, dan yang
lebih penting dari tiga gaya belajar ini adalah gaya belajar dengan lisan atau
verbal. Gaya belajar lisan adalah gaya belajar inti yang harus diterapkan dalam
semua bagian dari proses belajar Al Quran sebagaimana yang diterapkan oleh
Rosululloh dan para sahabat beliau.
C.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya,
dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa
strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
(1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.[8]
Istilah
strategi sering digunakan dalam konteks dengan makna yang tidak selalu sama.
Dalam kegiatan pembelajaran, Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi mengajar
adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
agar dapat mempengaruhi siswa memperoleh tujuan pembelajaran secara lebih
efektif dan efisien.[9]
D.
Macam-Macam Strategi
Pembelajaran Al Qur’an
Berikut
adalah macam-macam strategi pembelajaran Al Qur’an:[10]
1. Sorogan
/ Individual / Privat
Yaitu, murid membaca secara individu maju
satu persatu kepada guru sesuai halaman masing-masing, selesai langsung pulang
tanpa menunggu teman yang lain. Mengingat tidak ada pelajaran lain seperti :
do’a harian, kalimah thoyyibah hafalan surat-surat pendek, bacaan sholat dan
lain –lain, kecuali Al-Qur’an saja.
Kelebihan dan
kekurangan metode Sorogan/Individual:
Kelebihan
·
Sangat baik
untuk lembaga yang sangat minim guru dan fasilitas sementara murid melimpah.
·
Jumlah ruangan
yang tidak mencukupi kebutuhan
·
Dalam satu kelas
terdiri dari berbagai jilid
·
Konsentrasi
penuh sehingga hasil bisa maksimal
Kekurangan
·
Tidak ada
kompetisi diantara sesama murid
·
Sangat merugikan
bagi lembaga yang punya fasilitas lengkap guru dan ruang cukup
·
Tempo belajar
hanya beberapa menit saja, dari satu jam yang tersedia
·
Kesempatan untuk
belajar mengoreksi bacaan teman tetutup
·
Kelas bising,
sehingga anak belajar kurang nyaman
·
Jika bertempat di masjid atau mosholla, mengganggu
para jamaah
yang sedang beribadah.
2. Klasikal
Individual
Yaitu, mengajar dengan cara membagi waktu
menjadi dua, sebagaian waktu digunakan untuk membaca secara bersama-sama
(klasikal) selebihnya untuk individu, sesuai dengan kemampuan.
Misalnya:
·
10 – 15 % waktu
untuk klasikal, misal hari ini pokok pelajaran I berikut latihannya dan esok
hari pokok pelajaran II beserta latihannya, dst.
·
85 – 90 % waktu
untuk individu sesuai dengan pelajaran masing-masing.
Kekurangan
dan kelabihan metode Klasikal Individual:
Kelebihan:
·
Siswa lebih
lancar membaca, sebab disamping membaca sendiri, juga menyimak temannya yang
berarti membaca didalam hati
·
Cocok untuk
lembaga yang lengkap fasilitasnya guru dan murid berimbang serta tempat atau
ruang yang memadai
·
Kesempatan untuk
belajar mengoreksi bacaan temannya lebih terbuka/lebih gampang
Kekurangan:
·
Ketika
individual kelas cendrung tidak terkontrol
·
Waktu yang ada
kurang maksimal
3. Klasikal
Baca Simak
Yaitu, mengajarkan secara bersama-sama
setiap halaman judul dan diteruskan secara individu pada halaman latihan sesuai
halaman masing-masing, disimak oleh siswa yang tidak membaca dan dimulai dari
halaman yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Contohnya:
Mengajar TK jilid IV dengan jumlah santri
20 orang anak terdiri dari:
Pokok pelajaran I halaman 1 – 4 : 5 anak
( a, b, c, d, e )
Pokok pelajaran II halaman 5 – 6 : 5
anak (f, g, h, i, j )
Pokok pelajaran III halaman 7 – 9 : 5
anak (k, l, m, n, o )
Pokok pelajaran IV halaman 10 – 11 : 5
anak ( p, q, r, s, t )
Mulai dari pokok pelajaran I (halaman 1
– 4 )
- Halaman judul diterangkan dan diberi
contoh beberapa baris sampai betul-betul
faham.
- Semua anak membaca bersama-sama dua atau
tiga baris awal pada halaman
judul, boleh juga separuh halaman judul
- Baris selebihnya dibaca secara
bergantian oleh a – e, sampai halaman 4,
masing-masing
satu s.d dua baris dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama gurunya
- A dan b lancar tanpa salah, maka
meraka punya hak mengikuti pokok pelajaran II bersama-sama dengan f – j
- C dan D lancar sampai halaman 4 tapi
ada salahnya 2 X, hari berikutnya langsung pokok pelajaran II
- Sedang e hanya mampu menyelesaikan
sampai halaman 3, tidak lancar dan banyak salahnya, esok hari mengulangi lagi
dari halaman yang tidak lancar tadi atau halaman yang banyak salahnya
- Jika ada bacaan yang salah anak yang
lain menegur dengan cara mengucapkan kata “ salah “ sampai 2 X
- Begitu seterusnya pokok pelajaran II,
III, IV dengan cara yang sama.
Langkah- langkah
pembetulan kesalahan baca pada anak :
a. Berikan
kesempatan sampai 2 X lagi untuk memperbaiki kesalahan bacaan.
b. Jika
tetap masih salah juga, tanyakan kepada yang lainnya siapa yang bisa membaca
dengan benar ?, apa salahnya ? dan bagaimana yang benar ? dan sebagainya
c. Tidak
ada satu muridpun bisa menjawab, guru membimbing menunjukkan tempat yang salah
dan membetulkan bersama-sama.
d. Dan
jangan sekali-kali guru langsung memberikan bacaan yang benar, kecuali sangat
terpaksa dan ini langkah terakhir
e. Anak
tersebut mengulanginya lagi dengan bacaan yang sudah diberikan.
Kelebihan dan
kekurangan metode Klasikal Baca Simak:
Kelebihan
·
Siswa lebih
lancar membaca, disamping lisan membaca juga menyimak (membaca dalam hati)
·
Suasana kelas
tenang, PBM lancar dan enak.
Kekurangan
:
Siswa yang merasa sudah bisa membaca,
biasanya ogah-ogahan menyimak.
4. Klasikal
Baca Simak Murni (KBSM)
Semua siswa
menerima pelajaran yang sama , dengan cara membaca bersama-sama setiap halaman
judul, dilanjutkan membaca individu 1 – 2 baris pada halaman latihan secara
bergantian ( dari halaman 1 – akhir ) pada pokok pelajaran tadi, yang lainnya
menyimak bersama-sama dengan guru.
Dimulai dari
pokok pelajaran awal sampai semua anak lancar, jika baru sebagian anak yang
membaca, tapi halaman latihan pada pokok pelajaran habis, maka kembali lagi
kehalaman pada pokok pelajaran I dan baru pindah kepokok pelajaran berikut
setelah yang pertama tuntas.
Dalam metode ini
guru bisa mengajarkan 2 s.d 3, bahkan 4 pokok pelajaran setiap hari. Jika
seluruh halaman dalam buku sudah terbaca, maka siswa yang sudah mencapai LCTB
diteskan. Sedang yang belum LCTB diulang dari awal lagi dengan cara seperti
diatas, dan kenaikan tetap individu.
Contohnya :
Mengajarkan jilid II SD dengan jumlah
murid = diatas
Mulai dari pokok pelajaran I
- Halaman judul diterangkan dan diberi
contoh bebrapa baris sampai betul-betul paham
- Semua anak membaca bersama-sama dua
atau tiga baris awal pada halaman judul, boleh juga separoh halaman judul
- Baris selebinya dibaca secara
bergantian oleh seluruh anak, dari halaman 1 – 6, masing-masing satu s.d dua
baris dan disimak oleh anak yang lain bersama-sama gurunya
- Jika memungkinkan untuk menambah pokok pelajaran brikut, hari itu juga ditambah dengan cara seperti pokok pelajaran I
- Jika memungkinkan untuk menambah pokok pelajaran brikut, hari itu juga ditambah dengan cara seperti pokok pelajaran I
- Hari esok tinggal melanjutkan pokok
pelajaran berikutnya
- Anak yang baru masuk langsung ikut menyesuaikan
yang lama.
Kekurangan dan
kelebihan metode Kalsikal Baca Simak Murni :
Kelebihan :
·
Lebih lancar
membaca
·
Menyimak terus
·
Kelas tertib dan
PBM lancar
·
Lebih kritis
terhadap bacaan teman-temannya
·
Lebih banyak
berkonsentrasi
·
Pengajaran lebih
fleksibel karena banyak pilihan
Kekurangan :
·
Tidak baik untuk
jilid I TK Maupun SD
·
Wali murid susah
mengetahui secara pasti halaman putrinya.
[1]
Tim Penyusun PKP 3, Peranan
Pondok Pesantren dalam Pembangunan, (Jakarta: Paryu Barkah, 1974), hlm. 1
[7] Lihat: http://pembelajaranalquran.wordpress.com/2009/08/26/varias-variasi-metode-belajar-al-quran-menciptakan-pembelajaran-al-quran-yang-memudahkan/
(tanggal 5 Juni 2011)
[8]
Lihat: http://smacepiring.wordpress.com/2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknik-pembelajaran/ (tanggal 21 Juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar